MANFAAT DIAGNOSA KESULITAN BELAJAR
DALAM PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA
( Suatu Usaha Layanan Bimbingan )
Oleh: Drs. Muh. Yusuf Nur
Guru/Urs. Kuriklum SMP Negeri 29 Makassar
I. PENDAHULUAN
Untuk menunjang suksesnya proses belajar mengajar pada semua dan jenis sekolah, pengetahuan diagnosa kesulitan belajar mengajar sangat diperlukan oleh guru maupun orang tua. Di mana hampir setiap saat mendapati dan berusaha membantu mengatasi kesulitan belajar siswa.
Pada hakekatnya proses belajar mengajar di sekolah adalah merupakan rangkaian proses komunikasi antara siswa dan guru yang berlangsung atas dasar minat, bakat dan kemampuan dari masing-masing siswa. Proses komunikasi tersebut tidak selamanya berjalan dengan lancer bagi setiap siswa. Ada banyak factor yang dapat mempengaruhi atau menghambat kelancaran proses belajar anak itu sendiri. Di antaranya factor fisiologis (fisik) yang menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan hidup jasmaniah anak seperti: sakit, cacat jasmaniah, kelainan-kelainan bentuk tubuh, kurang gizi dan sebagainya.
Di samping itu juga factor psikologis (Psikis) yang berupa hambatan-hambatan yang berasal dari dalam jiwa anak itu seperti: intelegensi yang rendah, tidak ada motivasi dan minat dalam belajar. Dan yang tak kurang pula pengaruhnya adalah hambatan-hambatan yang bersumber dari luar seperti: masyarakat yang kurang memberikan dorongan ke arah belajar anak, kekurangan pembiayaan dalam memenuhi kebutuhan sarana belajar.
Hambatan-hambatan tersebut dapat menimbulkan kesulitan belajar, rendah prestasi, tinggal kelas, putus sekolah. Suatu hal yang perlu bagi guru maupun orang tua adalah bagaimana cara melakukan pendekatan terhadap pemecahan hambatab-hambatan tersebut.
Pendekatan yang dimaksudkan tentu didasarkan atas pengertian dan pengenalan lebih dahulu tentang factor-faktor apa yang menyebabkan siswa itu mengalami kesulitan belajar. Dalam melakukan pendekatan, guru maupun orang tua perlu memilki kecakapan mendiagnosa kesulitan belajar siswa dan usaha bimbingannya. Dengan kecakapan tersebut masalah-masalah dalam kesulitan belajar diharapkan dapat teratasi sehingga segala kemampuan siswa dapat dikembangkan seoptimal mungkin.
II. PERMASALAHAN
Dari judul ini dapat dikemukakan pertanyaan untuk mengungkapkan permasalahan : “Adakah Manfaat Diagnosa Kesulitan Belajar Dalam Proses Dan Hasil Belajar Siswa”, untuk dapat menjawab pertanyaan ini perlu diketahui:
1. Pengertian diagnosa kesulitan belajar
( Apa yang dimaksud dengan diagnosa kesulitan belajar ? )
2. Perlunya diagnosa kesulitan belajar dalam proses belajar
( Mengapa diagnosa kesulitan belajar diperlukan dalam proses belajar ? )
3. Dampak diagnosa kesulitan belajar terhadap hasil belajar
( Bagaimana dampak diagnosa kesulitan belajar terhadap hasil belajar
belajar ? )
III. PEMBAHASAN MASALAH
A. Pengertian Diagnosa Kesulitan Belajar
Dalam uraian ini akan dijelaskan secara terpisah sebagai berikut:
1. Pengertian Diagnosa
Diagnosa berasal dari kata Yunani yaitu dia tambah gnosis. Dia berarti melalui atau dengan perantaraan dan gnosis berarti pengetahun atau pengenalan. Jadi diagnosis berarti proses penentuan sebab-sebab dari suatu kejadian.
Istilah diagnosis ini mula-mula dipakai dalam lapangan kedokteran, kemudian para ahli psikologi memakai pula istilah diagnosa ini dalam usaha menemukan kelainan jiwa. Herman rechach pada tahun 1921 mengadakan penyelidikan yang memperlihatkan hasil yang sangat memuaskan dalam lapangan psikiatri. Dia memakai psikodiagnostik yang artinya adalah metode yang dipakai untuk menentukan kelainan-kelainan jiwa seseorang dengan tujuan dapat memberi pertolongan/pengobatan yang lebih tepat.
Diagnosa kesulitan belajar merupakan suatu penerapan atau pengkhususan dari psikodiagnostik. Contoh : Ibu Kdise adalah guru dan wali kelas VII.1 SMP Negeri 29 Makassar mendapati siswanya Rizwan dalam semester ganjil tahun pelajaran 2005/2006 mendapat banyak angka merah atau nilai mata pelajarannya masih banyak belum tuntas. Sehingga dengan sabar Ibu Kdise mencari sebab-sebab Rizwan banyak mendapat angka belum tuntas dengan jalan meneliti rapornya ketika di sekolah dasar, memeriksa hasil ulangan dan tugas-tugasnya, mengadakan interview dengan Rizwan, guru-guru dan orang tuanya, mengadakan observasi dalam kelas waktu Rizwan sedang belajar, memberi tes, meneliti daftar pribadinya dan sebagainya yang berkaitan lansung dengan keadaan Rizwan.
Dari hasil penelitian ini ditentukan bahwa Rizwan dalam mengikuti pelajaran dim kelas selalu mengantuk, sebab di rumah ia membantu ayahnya menjual martabak sampai jauh malam. Proses semacam ini pula disebut diagnosa. Dengan dasar itulah Ibu Kdise menyarankan supaya Rizwan tidak bekerja terlalu jauh malam dan membagi waktunya antara belajar dan bekerja . Di samping itu menghubungi pula orang tuanya supaya tugas-tugas Rizwan di rumah dikurangi dan mendorong lebih banyak belajar di rumah.
Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa diagnosa adalah proses usaha menentukan sebab-sebab dari suatu kejadian dengan tujuan untuk memberikan pertolongan atau bantuan yang tepat..
2. Pengertian Kesulitan Belajar
Istilah kesulitan belajar terdiri dari dua kata yaitu kesulitan dan belajar. Kesulitan adlah merupakan suatu kondisi yang menampakkan adanya cirri-ciri hambatan dalam kegiatan mencapai tujuan, sehingga diperlukan usaha yang lebih giat untuk mengatasi hambatan-hambatan itu.
Sedangkan belajar menurut Morgan adalah setiap perubahan permanen yang relatif di dalam tingkah laku yang merupakan suatu hasil dari pengalaman lalu. Selanjutnya Melton dan Munn mengatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan dalam pengalaman ataupun tingkah laku sebagai hasil daripada observasi yang bertujuan, aktivitas yang penuh, pikiran yang penuh disertai reaksi-reaksi emosi yang penuh motivasi di mana hasil perubahan itu adalah memuaskan.
Berdasarkan pendapat di atas, maka belajar adalah suati proses untuk mencapai perubahan tingkah laku dalam bentuk sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagai hasil daripada pengalaman lalu. Dengan perkataan lain kesulitan belajar adalah suatu kondisi tertentu yang mengalami hambatan di dalam belajar sehingga siswa itu mencapai prestasi belajar rendah dibandingkan dengan teman-teman sekelasnya. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Soli Abimanyu bahwa seorang siswa mengalami kesulitan belajar jika ia tidak bias mencapai level normal dalam prestasi belajarnya. Level normal di sini diartikan dalam kedudukannya di antara teman sekelasnya di mana anak itu bersekolah.
Dalam urian di atas dapat disimpumlkan bahwa yang dimaksud dengan diagnosa kesulitan belajar adalah proses usaha untuk menentukan dengan cermat hambatan-hambatan apa yang menyebabkanseseorang siswa tidak dapat mencapai tingkat rata-rata dalam prestasi belajarnya dibanding teman-temannya dengan tujuan untukk memberikan bantuan atau penyembuhan yang tepat.
Kesulitan belajar tidak hanya ditandai dengan prestasi rendah tetapi juga ditandai dari tingkahlaku siswa seperti perbandingan prestasi belajar yang dapat dicapai dengan tingkat kecerdasannya, sikap, perbuatan dan tingkat kepuasan siswa. Perbandingan prestasi belajar yang dicapai dengan tingkat kecerdasannya, sikap, perbuatan dan tingkat kepuasan siswa yang belajar, hal ini dapat dilihat dari tanda-tanda yang tampak pada siswa yang mengalami kesulitan belajar.
Siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar , penyebabnya mungkin ringan sehingga mudah kelihatan dan muda pula mengatasinya.. tetapi ada kalanya berat dan sukar diketahui dan bila dapat diketahui memerlukan waktu lama dan usaha-usaha yang sungguh-sungguh.
Kadang-kadang juga terjadi suatu kesulitan belajar pada siswa dianggap kesulitan yang serius oleh seorang guru, tetapi dianggap biasa oleh guru lain lalu mengabaikannnya . Sehingga kesulitan itu berlangsung terus menerus dan mengganngu kemjuan siswa dalam belajar.
Untuk mencegah keadaan yang demikian itu, maka guru maupun orang tua perlu mengetahui kriteria-kriteria yang tampak pada siswa yang mengalami kesulitan belajar. Adapun kriteria dan tanda-tanda siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat dilihat pada:
a. Kedudukan siswa dalam kelas
Seorang siswa dapat dikatakan mengalami kesulitan belajar bila siswa itu tidak dapat mencapai tingkat rata-rata dalam prestasi belajar dari teman sekelasnya
b. Pencapaian tujuan pendidikan
Seorang siswa dikatakan mengalami kesulitan belajar bila siswa tersebut tidak berhasil menguasai sejumlah mata pelajaran dalam waktu yang telah ditentukan.
c. Kemampuan siswa itu sendiri
Seorang siswa dikatakan mengalami kesulitan belajar bila siswa tersebut tidak dapat mencapai prestasi belajar sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
d. Kepribadian
Kadang-kadang didapati siswa yang pintar dalam bidang pelajaran, tetapi menunjukkan penyimpangan atau kelemahan-kelemahan dalam tingkah laku.
Dr. Moh. Surya mengemukakan bentuk-bentuk tingkah laku yang dimanifestasikan oleh siswa yang mengalami kesulitan belajar sebagai berikut:
a. Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah nilai rata-rata.
b. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan.
c. Lambat dalam melakukam tugas-tugas kegiatan belajar.
d. Menunjukkan sikap yang kurang wajar.
e. Menunjukkan tingkah laku yang berkelainan.
f. Menunjukkan gejala-gejala emosional yang kurang wajar.
Kriteria dan tanda-tanda tersebut yang tampak dari siswa yang mengalami kesulitan belajar barulah dapat diketahui secara umum, oleh karena itu masih perlu dicari sebab-sebab kelemahan itu dalam hal yang khusus lagi.
B. Perlunya Diagnosa Kesulitan Belajar Dalam Proses Belajar
Masalah pokok yang dihadapi oleh guru dalam kelas adalah adanya perbedaaan individual dari siswa-siswa yang disebabkan oleh latar belakang keturunan, keadaan sosial ekonomi orang tua, keadaan kesehatan, perbedaan tingkat intelegensi, bakat , minat dan pengetahuan dasar. Sehingga dalam kelas terdapat tiga kelompok siswa yaitu: kelompok siswa yang cepat, sedang dan lambat.
Di antara ketiga kelompok ini, kelompok sedanglah banyak jumlahnya. Bahkan pelajaran atau materi pengajaran, metode dan perhatian guru terutama ditujukan kepada kelompok siswa yang cepat dan siswa yang lambat akan dibiarkan sama sekali sehingga mereka tinggal kelas atau keluar sebelum tamat (drop out).
Andaikata setiap siswa dalam kelas sama benar keadaan dalam hal tingkat intelegensi, bakat, minat, pengetahuan dasar, keadaan sosial ekonomi orang tua serta keadaan kesehatan, maka kita tidak perlu mengadakan diagnosa kesulitan belajar. Tetapi siswa yang satu dengan siswa yang lain itu berbeda dan mempunyai keunikan pribadi masing-masing yang harus diperhatikan dengan cermat oleh guru maupun orang tua. Sebab anak yang kembarpun ketika lahir yang dianggap mempunyai sikap, ciri-ciri dan
pembawaan yang sama, tetapi setelah berkembang dan dipengaruhi oleh lingkungan di mana mereka berada dapat pula menjadi individu yang berbeda.
Begitu pula dalam hal masalah yang dialaminya dapat saja seorang siswa mengalami kesulitan belajar yang penyebabnya saling berhubungan anta satu dengan yang lain sehingga masalah itu menjadi kompleks.. Misalnya seorang siswa menderita sakit influenza, sehingga harus tinggal di rumah selama dua minggu untuk dirawat. Dalam perawatannya siswa tersebut mendapat perhatian yang besar dari orang tuanya. Setelah tiba waktunya untuk masuk sekolah kembali, siswa tersebut mengalami dua kesulitan yaitu: pertama banyak ketinggalan dalam mata pelajaran di sekolah dan yang kedua siswa tersebut masih mengalami gangguan fisik (lemah) sehingga tidak memiliki tenaga untuk belajar dengan giat seperti yang dilakukan sebelum sakit. Akibatnya menjadi prustrasi yang mengakibatkan belajarnya menurun, merasa ketinggalan dari teman-temannya dan tenaga berkurang dari biasanya. Akhirnya tidak lama kemudian kalau pagi dia selalu mengeluh sakit kepala dan perut akhirnya tidak masuk sekolah lagi. Keadaan semacam itu orang tuanya mengizinkan lagi untuk tinggal di rumah dan merawatnya dengan penuh perhatian yang luar biasa karena penyakit yanhg baru itu. Siswa tersebut lama tidak masuk sekolah lagi, sehingga pelajarannya makin jauh ketinggalan dari teman-temannya. Hal ini berlangsung dari sakit influenza pada mulanya akhirnya menimbulkan gejala lain yang semakin kompleks.
Demikian pula ada masalah yang dialami antara siswa yang satu dengan yang lain sama atau memperlihatkan gejala yang sama tetapi penyebabnya berbeda. Misalnya didapati dua orang siswa yang mengalami kesulitan dalam pelajaran matematika. Setelah diteliti dengan cermat kedua siswa tersebut ternyata penyebabnya berbeda. Siswa yang pertama penyebabnya karena pengetahuan dasarnya kurang dalam pelajaran matematika, sedangkan siswa yang kedua penyebabnya karena kurangnya
waktu belajar di rumah sebab kalau pulang sekolah dia membantu orang tuanya mencari nafkah sampai larut malam.
Berdasarkan kenyataan-kenyataan di atas, maka seorang guru maupun orang tua tidak dapat membuat kesimpulan secara umum tentang sebab-sebab kesulitan belajar itu. Tetapi mereka harus mempertimbangkan berbagai sebab yang mungkin menimbulkan suatu gejala tertentu. Selanjutnya memeriksanya dengan cermat untuk menemukan manakah di antara berbagai sebab yang menimbulkan masalah yang dialami oleh siswa itu, maka perlu dilakukan diagnosa kesulitan belajar. Sebab cara demikian guru maupun orang tua dapat membantu siswa dengan lebih cepat.
Sehubungan dengan perlunya diagnosa kesulitan belajar dalam usaha membantu siswa memecahkan masalahnya secara menyeluruh, maka seorang guru perlu mengetahui langkah-langkah pelaksanaan diagnosa kesulitan belajar yaitu:
a. Menentukan siswa yang mengalami kesulitan
Tahap ini sangat penting sekali sebab dari sinilah dapat diketahu siswa-siswa yang perlu mendapat pertolongan dengansegera. Salah satu cara yang dapat ditempuh oleh guru atau konselor adalah meneliti daftar nilai dari seluruh mata pelajaran dalam satu kelas pada semester atau caturwulan tertentu dengan jalan:
1) membuat table nilai setiap siswa untuk tiap mata pelajaran
2) Menghitung rata-rata nilai masing-masing siswa
3) Menghitung rata-rata nilai seluruh siswa.
4) Menghitung rata-rata nilai masing-masing mata pelajaran dari seluruh siswa.
5) Menggambarkan kedudukan setiap siswa berdasarkan rata-rata nilai yang dicapainya disbanding dengan rata-rata kelas.
6) Siswa yang berada di bawah rata-rata dianggap mengalami kesulitan belajar.
7) Siswa yang berada paling jauh di bawah rata-rata kelas atau paling banyak mengalami kesulitan belajar, mereka itulah yang harus ditolomng dengan segera.
8) Mencatat identitas siswa yang akan ditolong dengan segera seperti: nama, kelas, dan tahun, nomor induk, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pekerjaaan orang tua, berat dan tinggi badan dan ciri-ciri khusus lainnya.
b. Menentukan status atau lokasi kesulitan belajar
Setelah diketahui bahwa siswa itu mengalamu kesulitan belajar, maka guru atau konselor harus menentukan segera dalam mata pelajaran apa siswa itu paling banyak mengalami kesulitan dan pada bagian mana dari pelajaran itu yang belum dikuasainya. Hal yang harus dilakukan oleh guru atau konselor adalah:
1) menggambarkan kedudukan siswa itu berdasarkan nilai yang dicapainya untuk setiap mata pelajaran. Mata pelajaran yang jauh di bawah rata-rata berarti dalam mata pelajaran itulah siswa tersebut mengalami kesulitan.
2) Menganalisa jenis kesulitannya dalam mata pelajaran tersebut dengan jalan memeriksa hasil ulangan dan tugas-tugasnya, melakukan tes diagnostik untuk mengetahui kelemahan-kelemahannya dalam mata pelajaran tersebut. Misalnya siswa tersebut mengalami kesulitan dalam mata pelajaran matematika, setelah dianalisa ternyata bahwa siswa tersebut mengalami kesulitan dalam penggunaaan rumus dalam pemecahan soal. Dengan demikian lokasi kesulitan belajar siswa itu terletak dalam penggunaan rumus dalam pemecahan soal.
3) Selanjutnya guru atau konselor meneliti factor-faktor apa yang menjadi latar belakang sehingga siswa itu mengalami kesulitan dalam penggunaaan rumus dalam pemecahan soal dengan mengumpulkan data sebanyak mungkin.
c. Mengumpulkan data
Dengan diketahuinya bahwa siswa itu mengalami kesulitan dalam pelajaran matematika, hal yang harus dilakukan oleh guru adalah mengumpulkan data-data yang diduga menjadi penyebabnya dengan jalan:
1) Meneliti rapor sebelumnya, barangkali sebab kesulitannya karena dasar kurang.
2) Memeriksa tes diagnostic untuk mengetahui pada bagian mana siswa itu mengalami kesulitan dalam penggunaan rumus dalam pemecahan soal.
3) Menyelidiki lebih lanjut mengapa siswa itu belum menguasai bagian-bagian itu.
4) Menginterview atau mengadakan wawancara denngan siswa itu untuk menanyakan cara belajarnya, tugas-tugas yang dikerjakan di rumah , kehadirannya ketika bagian-bagian itu diajarkan, kesehatan dan sebagainya.
5) Menginterview guru, orang tua dan teman-temannya untuk melengkapi atau memperoleh data baru dari hasil yanhg telah duiperoleh melalui interview dengan siswa tersebut.
6) Mrengadakan observasi dalam kelas untuk memperoleh data tentang sikap siswa dalam mengikuti pelajaran, buku catatannya, kelengkapan alat-alat pelajarannya, cara guru mengajar, keadaan ruang kelas.
7) Mengadakan kunjungan ke rumah untuk mengetahui keadaan rumah, tempat belajarnya, sosial ekonomi orang tua dan lingkungannya.
8) Semua data yang berhasil dikumpul dengan berbagai metode itu disistimatisir dalam suatu penyajian data menurut jenisnya. Misalnya data pendidikan disatukan dengan data pendidikan dan data kesehatan disatukan dengan data kesehatan dan seterusnya.
d. Menganalisa data
Bila mana data yang terkumpul sudah lengkap, maka hal yang harus dilakukan oleh guru adalah menganalisa data itu dengan jalan:
1) Berusaha menghubung-hubungkan data, mencari pertautan antara data yang satu dengan data lainnya.
2) Mengklasifikasikan data tersebut sehingga data yang tidak ada hubungannya sebagai penyebab kesulitan belajar dibuang atau dihilangkan.
3) Menganalisa data secara induktif atau deduktif. Analisa data secara induktif dimulai dari dengan mengemukakan bukti-bukti data yang ada kemudian mengambil kesimpulan dan kesimpulan ini akan lebih kuat bila didukung oleh pendapat para ahli. Sedangkan analisa secara deduktif analisa yang dilakukan dengan memulai dari mengemukakan teori salah seorang ahli lalu kebenaran itu didukung oleh data yang berhasil dikumpulkan. Misalnya diperoleh data bahwa Rizwan baru belajar kalau ada ulangan. Kerjanya tiap hari hanya membaca komik, bila tidak membaca komik dia ngobrol saja dengan temannya yang ada disekitar rumahnya yang tidak bersekolah. Karena itu nilai matematikanya jelek sekalinyaitu nilai 4 (empat). Jadi jeleknya prestasi Rizwan itu karena kurang mengulangi pelajarannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Jost bahwa mungkin banyak mengulangi pelajaran makin baik ingatan kita terhadap pelajaran itu atau lima kali belajar selama dua menit lebih baik daripada dua kali belajar selama lima menit.
e. Menarik kesimpulan
Tahap ini disebut juga diagnosa dalam arti sempit, hal yang harus dilakukan oleh guru atau kkonselor di sini adalah mengambil kesimpulan dari analisa di atas denga jalan:
1) Menetapkan factor-faktor mana dari data itu yang menjadi penyebab langsung maupun tidak langsung dari kesulitan belajarnya.
2) Menjadikan kesimpulan itu sebagai titik tolak usaha penyembuhannya.
3) Mengemukakan kesimpulan itu bukan saja yang bersifat negative (penyebab kesulitan belajarnya), tetapi juga bersifat positif (misalnya keshatan yang baik, tingkat intelegensi yang tinggi)
f. Merencanakan penyembuhan (Prognosa)
Setelah jelas sebab-sebab kesyulitan belajar siswa itu sebagaimana dalam kesimpulan (diagnosa), maka hal yang harus dilakukan oleh guru atau konselor adlah membuat rencana penyembuhannya dengan jalan :
1) Rencana penyembuhan yang dibuat disesuaikan dengan latar belakang penyebab dari tiap-tiap masalahnya, sehingga dapat menyangkut soal cara belajar, metode mengajar, alat-alat pelajaran yang diperlukan, factor-faktor emosional, perbaikan-perbaikan dan sikap orang tua.
2) Rencana oenyembuhan itu dibuat secara alternatif yaitu rencana penyembuhan yang paling mungkin dapat melaksanakan dan akan paling membawa sukses. Misalnya Rizwan dalam mata pelajaran matematika ditempuh usaha-usaha sebagai berikut:
a) Perlu diberi pengajaran remedial dalam bagian-bagian matematika yang kurang.
b) Memperlengkapi alat-alat pengajaran dengan alat peraga.
c) Menemui orang tuanya untuk membicarakan usaha-usaha yang baik dilakukan untuk kemajuan Rizwan.
g. Memberikan bantuan
Setelah rencana penyembuhan ditetapkan, maka hal yang harus dilakukan oleh guru atau konselor adalah memberikan bantuan untuk mengatasi kesulitan belajar siswa dengan jalan:
1) Melakukan alternative-alternatif metode penyembuhan yang telah direncanakan itu
2) Bila mana penyembuhan kesulitan itu di luar kemampuan guru, maka siswa tersebut dikirim ke ahli yang lebih berwenang seperti psikiater, dokter dan lainnya.
3) Pelaksanaan penyembuhan itu dilakukan secara kontinyu.
h. Evaluasi dan tindak lanjutnya
Setelah pemberian bantuan itu dilaksanakan, maka hal yang harus dilakukan oleh guru atau konselor adalah berusaha mengetahui keberhasilan usaha bantuan yang telah diberikan itu dengan jalan:
1) Mentes hasil belajar siswa dalam mata pelajaran yang sebelumnya mengalami kesulitan
2) Melaksanakan wawancara dengan siswa tentang kesulitannya
3) Melakukan wawancara dengan guru dan orang tuanya mengenai perubahan yang telah dicapai oleh siswa tersebut.
4) Menganalisa hasil belajar yang telah dicapai dan informasi lainnya.
Setelah diperoleh dengan jelas kesulitan belajar yang dialami oleh seseorang atau beberapa siswa dan jelas pula sebab-sebab yang mendasari kesulitannya itu, maka langkah selanjutnya adalah pemecahan kesulitan belajar.
Teknik bimbingan pemecahan kesulitan belajar pada dasarnya melalui pendekatan secara kelompok dan pendekatan secara individual. Kedua jenis pendekatan itu akan diuraikan sebagai berikut:
1. Bimbingan Kelompok
Bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam pelajaran yang sama dengan sebab-sebab yang mendasari kesulitan itu sama pula, maka mereka dapat dibantu secara kelompok atau melalui kegiatan kelompok.
Bentuk-bentuk teknik bimbingan kelompok yang dapat digunakan antara lain: pengajaran remedial, karyawisata, program kunjungan rumah, sosiodrama, psikodrama, pemberiann informasi secara kelompok.
2. Bimbingan Individual
Konseling sebagai teknik bimbingan individual dapat digunakan untuk memecahkan kesulitan siswa di dalam belajar akibat masalah emosional, sosial dan pribadi
Seorang siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar dapat dihadapi langsung secara tatap muka oleh konselor atau guru dalam rangka memecahkan masalah yang sedang dihadapi siswa itu. Suasana hubungan tatap muka mempunyai ciri khas yaitu suatu hubungan yang tidak terasa sedikitpun unsur-unsur paksaan atau kekerasan, bebas dari rasa takut, saling mempercayai, terbuka, sukarela, saling memberi dan saling menerima. Suasana yang langsung seperti ini biasa disebut hubungan baik atau rapport. Sebelum usaha konseling dilanjutkan hendaknya terlebih dahulu dibina hubungan baik. Apabila hubungahn baik telah tercipta, maka hubungan selanjutnya akandapat berjalan dengan lancer dan penuh arti. Satu ciri lain dari suasana konseling ini adalah bahwa hubungan telah dilakukan secara individual di tempat yang aman dan tenang sehingga siswa maupun konselor atau guru dapat berbicara bebas. Hal ini tidak berarti bahwa konseling harus dilaksanakan di kamar tertutup atau di tempat yang tersembunyi. Konseling dapat dilaksanakan di mana saja asal suasana kebebasan mengemukakan isi hati.
Adapun teknik-teknik khusus dalam konseling adalah:
a. Teknik direktif, yaitu pendekatan dalam konseling di mana yang memegang peranan penting adalah konselor atau guru berusaha mengarahkan siswa sesuai dengan masalahnya. Konselor menyarankan gagasan-gagasan mengenai keadaan siswa, rencana kegiatannya ataupun perubahan sikapnya kea rah yang diinginkannya.
b. Teknik non direktif, yaitu pendekatan dalam konseling di mana yang memegang peranan penting adalah siswa. Dengan dasar bahwa siswa itu sebagai makhluk yang tumbuh dan berkembang mempunyai masalah potensi untuk dapat memecahkan sendiri masalahnya. Konselor atau guru bersikap sabar mendengarkan dengan penuh perhatian ungkapan batin siswa yang diutarakan kepadanya.. Konselor atau guru seolah-olah pasif, tetapi sesungguhnya bersikap aktif menganalisa segala apa yang dirasakan oleh siswa sebagai beban batinnya.
c. Teknikm pencerahan, teknik ini hamper sama dengan teknik non direktif, hanya bedanya terletak pada lebih menekankan pada usaha mengkorek sumber perasaan yang dirasa menjadi tekanan batin siswa serta mengaktifkan kekuatan tenaga kejiwaan siswa dengan melalui pengertian tentang kesulitan yang dialaminya. Oleh karena itu, maka inti pada metode ini adalah insight dan klarifikasi terhadap unsure-unsur kejiwaan yang menjadi sumber konflik seseorang . Jadi di sini tampak bahwa sikap konselor atau guiru adalah membantu memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk melahirkannn atau mengekpresikan segala gangguan kejiwaan yang disadari menjadi problem baginya.
d. Teknik elektik, yaitu gabungan dari ketiga teknik sebelumnya. Pada teknik eletik konselor atau guru yang melakukan konseling secara elektif dalam arti mempergunakan unsure-unsur yang baik dan menghindari unsure-unsur yang lemah dari ketiga tekbik yang telah disebutkan sebelumnya. Pilihan ini dilakukan sesuai dengan masalah siswa dan siatuasi di mana konseling itu dilakukan.
Dalam rangka pemecahan kesulitan siswa dalam belajar pada taraf pertama masih menjadi tugas guru atau wali kelas untuk sejauh mungkin menanggulangi kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa-siswanya.
Jika dengan berbagai usaha baik berupa bimbingan secara kelompok maupun secara individual telah dilaksanakan oleh guru atau ewali kelas sesuai dengan keahliannya, tetapi kesulitan belajar itu belum juga terpecahkan, rasanya guru atau wali kelas kewalahan atau diperkirakan siswa tersebut memenag memerlukan bantuan khusus dari konselor yang lebih ahli, maka guru atau wali kelas yang bersangkutan perlu mengirim kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa itu kepada konselor. Di sini tidak berarti bahwa guru atau wali kelas yang bersangkutan sekarang menjadi lepas tangan terhadap kesulitan siswa tersebut, melainkan sebaliknya peranan guru atau wali kelas dalam rangka kerjasama dengan konselor makin besar. Bagaimanapun juga konselor sekolah tidak mungkin bekervja sendiri, apalagi kalau kesulitan
belajar itu menyangkut mata pelajaran tertentu. Jelas harus editranggulangi bersama dengan guru mata pelajaran yang bersangkutan. Selanjutnya bila konselor sekolah tidak dapat menyelesaikan kesulitan siswa karena di luar keahliannya, maka siswa tersebut dapat dikirim pada tim ahli yang ada di luar sekolah..
Usaha-usaha pemecahan kesulitan belajar siswa di sekolah hendaknya dilakukan dengan segera dan setuntas mungkin, sehingga siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat teratasi dengan baik.
C. Dampak Diagnosa Kesulitan Belajar Terhadap Hasil Belajar
Upaya dalam mengatsi berbagai kesulitan belajar siswa di sekolah, sesungguhnya merupakan masalah yang mendasar dan vital dalam pendidikan. Masalah ini tidak berdiri sendiri dari masalah-masalah lainnya seperti masalah kurikulum, sumber daya manusia, era teknologi informasi dan globalisasi dalam pensdidikan. Era globalisasi, teknologi informasi dan sumber daya manusia merupakan skop yang lebih luas dari pada kesulitan belajar itu sendiri.
Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian terdahulu dalam karya tulis ini bahwa tujuan utama dilakukan diagnosa kesulitan-kesulitan dalam belajar sehingga dapat mengatasi sendiri masalah-masalahnya sendiri dengan penuh rasa percaya diri.
Bagaimanapun pintarnya seorang guru atau konselor dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh siswa yang menjadi tanggungjawabnya, teknik-teknik bimbingan yang dilakukan sangat menunjang dalam membantu siswa dalam mengatasi masalahnya, namun kesemuanya itu tidak akan berhasil jika siswa yang dibimbingnya itu kurang dan tidak mau peduli akan masalahnya sendiri. Kesemuanya ini serang guru atau konselor harus berjiwa besar dan sabar
dalam mengahdapi situasi semacam ini. Hal ini dilaklukan tidak lain karena tugas dan tanggung jawab yang dipercayakan kepadanya. Memang kita harus jujur dan mengakui bahwa untuk merubah suatu tingkah laku seseorang tidak mudah seperti yang kita bayangkan. Oleh karena itu untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa perlu peluang-peluang kemungkinan agar siswa yang dihadapi itu dapat tertarik terhadap langkah-langkah yang kita gunakan atau terapkan.
Namun yang kita harapkan dalam diagnosa kesulitan belajar itu adalah untuk mengetahui dengan pasti jenis-jenis kesulitannya, letak jenis kesulitannya dan tindakan apa yang harus dilakukan untuk mengatasinya. Oleh karena itu untuk mengatahui dampak diagnosa kesulitan belajar terhadap hasil belajar yang diharapkan, maka dalam prosedur diagnosa kesulitan belajar yang penting adalah langkah evaluasi dan tindak lanjutnya. Sebab dalam langkah ini akan diketahui sampai sejauh mana tindakan pemberian bantuan yang telah diberikan kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar tersebuit untuk mencapai hasil yang diharapkan.
Secara umum dapat dikatakan bahwa dampak pelaksanaan diagnosa kesulitan belajar terhadap hasil belajar dapat diketahui dengan:
1. Adanya kemajuan belajar yang dicapai dalam prestasi belajar dalam mata pelajaran yang menjadi kesulitannya. Kemajuan yang dimaksudkan adalah adanya perubahan sikap terhadap mata pelajaran tersebut terutama minat dan motivasi serta gairah belajar yang tinggi jika dibandingkan dengan sebelumnya. Dan yang paling penting adalah adanya usaha-usaha yang lebih giat untuk mempelajari mata pelajaran yang sebelumnya kurang ber minat dan nilainya rendah.
2. Di samping itu juga terdapat kemajuan belajar dalam mata pelajaran lainnya yang menunjukkan lebih lagi.
3. Tumbuhnya kepercayaan terhadap diri sendiri serta pemahaman yang cukup berarti.
4. Adanya penerimaaan kelompok terhadap dirinya, di mana sebelumnya dihindari oleh teman-temannya.
5. Berkembangnya bakat yang ada dalam dirinya sehingga dapat menunjukkan sikap percaya diri dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan.
6. Partispasi dalam kelompoknya lebih aktif dan mau berusaha semaksimal mungkin.
Dari uraian tersebut di atas, maka jelaslah bahwa pelaksanaan diagonasa kesulitan belajar sangat berpengaruh terhadap siswa yang mengalami kesulitan-kesulitan dalam belajar. Sehingga dengan demikian diagnosa kesulitan belajar mempunyai dampak yang positif terhadap hasil belajar siswa. Dampak yang paling menonjol adalah adanya perubahan sikap belajar siswa dari kurang berminat menjadi berminat terhadap mata pelajaran yang paling mengalami kesulitan.
IV. KESIMPULAN
Dari uraian-uraian permasalahan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Tidak seorangpun yang dapat menyangkal betapa pentingnya pendidikan. Akan tetapi betapa pentingnya pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan betapa pentingnya pendidikan sebagai orang yang bertanggungjawab atas pendidikan seseorang.
2. Guru adalah pendidik yang menggunakan mengajar sebagai pelaksanaan tugasnya, belajar aktif dari pada siswa-siswa sebagai dampak dan perubahan tingkah laku sesuai dengan yang diharapkan sebagai hasilnya. Guru selain menyampaikan pengetahuan, menanamkan nilai dan sikap, melatih keterampilan juga memberikan bimbingan belajar dan konseling kepada siswa-siswa.
3. Pendidikan dalam menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ada dua masalah utama yang dihadapi yaitu pengetahuan yang harus dipilih dan bagaimana mengaturnya untuk mempelajarinya. Dalam hal ini tentunya diperlukan adanya bimbingan dan konseling kepada siswa-siswa agar dapat memilih dengan tepat dan mengatur dengan baik apa yang dipelajari, sehingga hasilnya lebih memuaskan.
4. Kegagalan belajar siswa bukanlah kegagalan potensial melainkan kegagalan teknis yang disebabkan cara belajar dan cara mengatur waktu belajar yang kurang teratur. Juga disebabkan oleh kurangnya bimbingan dan dorongan belajar dari orang tua. Sehubungan itu petugas bmbingan dan konseling harus berusaha untuk mengatur kondisi agar potensi dapat mengalir atau sekurang-kurangnya mengurangi jumlah kondisi yang menghambat pemikirannya.
5. Pada umumnya ahli-ahli pendididkan mengakui bahwa bimbingan belajar mempengaruhi hasil belajar. Oleh sebab itu mereka menganjurkan agar siswa-siswa diberikan bimbingan belajar yang maksimal, karena lebih efektif belajar dengan bimbingan daripada tanpa bimbingan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bagaimanapun juga bimbingan dan konseling mempunyai dampak positif terhadap hasil belajar.
V. PENUTUP
Dalam mengahadapi laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kita memerlukan bibit-bibit unggul yang dapat diandalkan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk itu perlu ditelusuri orang-orang berbakat, orang-orang yang memang betul-betul mempunyai potensi dan bukan hanya bebas tes memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Dalam hal ini sangat besar peranan guru bimbingan dan konseling untuk menemukan dan membina bibit unggul guna disemaikan dalam pendidikan nasional kita. Kita memerlukan jumlah yang banyak, tetapi juga membutuhkan mutu yang baik. Akan tetapi mutu yang baik hanya dapat dicapai dengan bibit yang baik disertai dengan bimbingan dan konseling yang baik pula. Di sinilah letak jasa guru yang dijuluki pahlawan tanpa tanda jasa.
KEPUSTAKAAN
Soli Abimanyu; 1979, Suatu Petunjuk Praktis diagnostic Kesulitan Belajar, FIP IKIP Ujung pandang.
Siti Rahayu Haditono; 1972, Kesukaran-Kesukaran dalam Belajar, Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta.
Oemar Hamalik; 1980, Metode Belajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar, Bandung.